Saturday, June 4, 2011
(Birrul Walidain, Raddul ma’shiyat dan Al Amanat)Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: “Ketika tiga orang lelaki sedang berjalan-jalan, tiba-tiba turun hujan. Mereka berteduh di dalam gua sebuah gunung. Secara tiba-tiba pintu gua itu tertutup sebuah batu besar, menyebabkan mereka terkurung. lalu seseorang dari mereka berkata kepada yang lainnya: Ingatlah semua amal baik yang pernah kamu lakukan karena Allah s.w.t. Setelah itu berdoalah kepada Allah s.w.t dengan amalan masing-masing. Semoga Allah s.w.t menolong kesulitan ini.
Lelaki pertama berkata: “Ya Allah, dulu aku mempunyai kedua orang tua yang sudah tua renta. Mereka tinggal bersama keluargaku yaitu; seorang isteri dan beberapa orang anak yang masih kecil. Aku rutin memerahkan susu untuk mereka dan memelihara mereka sebaik-baiknya dengan khidmat. Aku utamakan kedua orangtuaku untuk meminumnya terlebih dahulu daripada anak-anakku. Pada suatu hari karena Aku sibuk dengan pekerjaanku, hingga aku bisa pulang setelah larut malam . Aku mendapati kedua orang tuaku tertidur. Seperti biasa aku memerah susu. Aku letakkan susu tersebut di dalam sebuah bejana. Aku berdiri di ujung kepala kedua orang tuaku, namun aku tidak sanggup membangunkan mereka dari tidur yang nyenyak. Aku juga tidak sanggup memberi anak-anakku minum terlebih dahulu sebelum kedua orang tuaku meminumnya, sekalipun mereka meminta-minta di hadapanku karena lapar dan dahaga. Aku terus setia menunggu mereka yang tetap tidur hingga pagi. Ya Allah; Jika Engkau tahu apa yang aku lakukan itu adalah semata-mata mengharapkan keridloanMu, maka tolonglah aku dari kesulitan ini. Gerakkanlah batu besar ini, sehingga kami bisa melihat langit”. Oleh karena khidmat bakti tersebut Allah s.w.t berkenan menolong mereka dengan menggerakkan sedikit batu besar tersebut, sehingga mereka bisa melihat langit.
Lelaki kedua kemudian berkata: “Ya Allah, Dulu aku mempunyai seorang sepupu perempuan, Aku mengasihinya sebagaimana cinta seorang lelaki terhadap seorang perempuan yang cukup mendalam. Aku minta supaya dia melayani keinginan nafsuku. Namun dia tidak sudi untuk berbuat demikian kecuali setelah aku mampu memberikannya uang sebanyak seratus dinar. Untuk tujuan tersebut dengan susah payah akhirnya aku mampu mengumpulkan uang sebanyak itu. Aku membawa uang tersebut kepadanya. Pada saat aku ingin menyetubuhinya, dia berkata: Wahai hamba Allah! Takutlah kepada Allah. Janganlah kamu merenggut kesucianku kecuali dengan pernikahan terlebih dahulu. Mendengar kata-kata tersebut aku tersadar serta membatalkan niat jahatku itu. Seandainya Engkau tahu bahwa apa yang aku lakukan ini adalah semata-mata untuk mencari keridloanMu, tolonglah kami dari kesulitan ini”. Gerakkanlah batu besar ini. Allah s.w.t berkenan menolong mereka dan batu besar itu terbuka sedikit lagi.
Lelaki ketiga kemudian berkata: “Ya Allah, Dulu aku pernah mengupah seorang pekerja untuk menggarap lahan padi. Setiap kali selesai melakukan pekerjaan, dia berkata: ‘Berikan upahku’. Namun aku enggan membayar upahnya. Dia terus menggarap lahan padi dan meminta lagi upahnya beberapa kali. Aku masih seperti biasa, enggan membayar upahnya dan ia terus menggarap lahan padi sehingga aku menjadi kaya dengan memiliki beberapa ekor sapi dan beberapa ekor anaknya. Suatu hari lelaki tadi datang kepadaku dan berkata: Takutlah kamu kepada Allah. Kamu jangan lagi menzalimi aku dengan hak dan kewajibanku. Kemudian aku berkata kepadanya: Ambillah sapi itu berikut anak-anaknya. Dia berkata: Takutlah kepada Allah dan janganlah mempermain-mainkan aku. Aku berkata: Aku tidak mempermain-mainkan kamu, tetapi ambillah sapi itu berikut anak-anaknya. Sehingga akhirnya dia mengambil sapi tersebut. Seandainya Engkau tahu bahwa apa yang aku lakukan itu adalah semata-mata untuk mencari keridloanMu, tolonglah kami dari kesulitan yang tinggal sedikit lagi. Akhirnya Allah pun menolong mereka dengan menggerakkan batu besar yang menutupi gua tempat di mana mereka berteduh . (HR. Bukhari Muslim/ Bukhari Kitab Jual beli Hadits No. 2063. Muslim Kitab Dzikir Do’a Taubat dan Istigfar No. 4926.)
Cerita diatas keluar dari mulut Rasulullah Sallallohu ‘alaihi wasallam, yang bukan hanya berbentuk dongeng atau hayalan kosong. Al Qurthubi dalam menafsirkan Surat As-Shafat (37) ayat 139 – 142 tentang Nabi Yunus yang selamat dari kematian karena ditelan Ikan laut yang besar, memperjelas dan melengkapi keberadaan sejarah ketiga orang yang terkurung di gua itu yang dalam hadits diatas berupa kalimat “Bainama tsalatsatu nafarin yatamassyuna”. Yang artinya, Ketika tiga orang manusia melakukan perjalanan, dilengkapi kalimatnya dengan “Bainama tsalatsatu nafarin mimman kana qoblakum yatamassyuna” yang berarti, ketika tiga orang manusia (yang hidup) sebelum kalian melakukan perjalanan. Tafsir ini menegaskan bukan dongeng melainkan sejarah yang pernah terjadi.
Adapun kandungan pelajaran untuk kita dari Hadis sejarah tersebut adalah Ketika kesulitan menerpa dari yang terkecil dan mudah untuk diatasi sampai yang besar dan sulit untuk diatasi, kita dianjurkan untuk berdo’a. Terkabulnya do’a sangat dipengaruhi dengan seberapa banyak amal shalih kita sehari-hari yang kita lakukan.
Hadis diatas juga menyatakan bahwa bila perlu pada saat berdo’a, ungkapkanlah kepada Allah Amal shalih paling ikhlas yang pernah kita lakukan, lebih spesipik lagi yang berkaitan dengan tiga hal yaitu:
1. Berbakti dan berbuat baik kepada kedua Orang tua Begitu hidmatnya orang tersebut kepada Orang tuanya yang sudah tua dan miskin, sampai ia menomor duakan Dirinya, anak Isterinya dalam kekhidmatan dan mendahulukan orang tua karena taat kepada Allah. sehingga dengan khidmatnya ini sepertiga musibah besar yang mematikan itu terhindar karena do’anya terkabul.
2. Menghindari kemaksiatan karena Allah Swt. ketika peluang bermaksiat sudah didepan mata. Jalan maksiat sudah ditempuhnya dengan susah payah, ketikan kemaksiatan itu tinggal satu langkah lagi, ia diingatkan kepada Allah dan lalu menghindarinya karena Allah walau nuraninya sedah bergebu dan penuh hasrat untuk maksiat. sehingga dengan kelakuannya ini sepertiga musibah besar yang mematikan itu terhindar karena do’anya terkabul.
3. Tidak Khianat terhadap Amanat. Orang itu telah terlanjur merampas hak orang lain karena dia merasa berkuasa , merasa kuat, merasa tidak akan terkalahkan upah pekerjapun ia menahannya, sehingga tergeraklah hatinya ketika teringat kalimat Tauhid dalam dirinya dan lalu ia bertaubat dan menyerahkan semua hak orang lain itu. Maka dengan penyesalannya dan mengembalikan hak orang lain ini sepertiga musibah besar yang mematikan itu terhindar karena do’anya terkabul.
Al Hasil Tiga amal shalih diatas bisa membukakan terkabulnya do’a dan melepaskan musibat pada tiga orang tertimpa bencana mulut gua tertutup batu besar yang secara kasat mata tidak mungkin bisa digeserkan oleh ketiga orang tersebut.
Musibat senantiasa akan menimpa kepada siapapun yang dikehendakiNya sekalipun ia itu seorang Nabi dan Rasul, artinya termasuk kita semua, dalam hal ini berarti kita harus punya banyak tabungan amal Shalih jika kita mengharapkan agar do’a kita mudah dikabulkan oleh Allah Swt. Dan kita perlu introspeksi diri ketika kita memanjatkan do’a kepada Allah terus menerus untuk teratasinya suatu persoalan, tetapi tak kunjung didapatkan jalan keluarnya. Jangan-jangan kita tidak memiliki tabungan amal shalih. Atau salah dalam berdo’a. atau mungkin juntru kita telah melakukan yang sebaliknya dari tiga hal diatas, karena kalau kita teliti dari berbagai sumber terutama dari Al Qur an , Hadits atau Sejarah bahwa orang yang melakukan hal sebaliknya dari ketiga perkara diatas justru akan melahirkan malapetaka pada manusia perorangan ataupun kelompok manusia. Ketiga hal tersebut yaitu:
1. Durhaka kepada Orang tua.
2. Perbuatan Maksiat
3. Khianat terhadap amanat.
Sebagai gambaran lain mari kita menyimak Tafsir Al-Qurtubi tentang Nabi Yunus diatas sebagai Tafsiran dari Surat As-shaafaat ayat 139 - 142:
Ketika Nabi Yunus As. Merasa putus asa karena umatnya sangat sulit untuk di da’wahi diajak untuk bertauhid kepada Allah Swt. Mereka menolak dan mengingkari kerasulannya. Yunus pergi meninggalkan mereka ummat negeri niniveh Irak dengan perasaan marah. Kepada kaumnya beliau mengingatkan bahwa dalam waktu dekat bencana Allah akan ditimpakan kepada mereka. Tatkala mereka mendengar ancaman seperti itu, mereka yakin bahwa ancaman itu pasti datang, sebab mereka tahu bahwa Nabi tak akan pernah berbohong. Maka segeralah mereka keluar meninggalkan kampung mereka pergi ke padang pasir bersama Anak Istri dan hewan ternak mereka.
Di padang pasir itu mereka bertaubat merendahkan diri kepada Allah dengan penuh keimanan. Karena kesungguhan taubat mereka kepada Allah, maka Allah Swt. Tidak menurunkan Azab kepada mereka yang semestinya ditimpakan sebagaimana Firmannya:
Lelaki kedua kemudian berkata: “Ya Allah, Dulu aku mempunyai seorang sepupu perempuan, Aku mengasihinya sebagaimana cinta seorang lelaki terhadap seorang perempuan yang cukup mendalam. Aku minta supaya dia melayani keinginan nafsuku. Namun dia tidak sudi untuk berbuat demikian kecuali setelah aku mampu memberikannya uang sebanyak seratus dinar. Untuk tujuan tersebut dengan susah payah akhirnya aku mampu mengumpulkan uang sebanyak itu. Aku membawa uang tersebut kepadanya. Pada saat aku ingin menyetubuhinya, dia berkata: Wahai hamba Allah! Takutlah kepada Allah. Janganlah kamu merenggut kesucianku kecuali dengan pernikahan terlebih dahulu. Mendengar kata-kata tersebut aku tersadar serta membatalkan niat jahatku itu. Seandainya Engkau tahu bahwa apa yang aku lakukan ini adalah semata-mata untuk mencari keridloanMu, tolonglah kami dari kesulitan ini”. Gerakkanlah batu besar ini. Allah s.w.t berkenan menolong mereka dan batu besar itu terbuka sedikit lagi.
Lelaki ketiga kemudian berkata: “Ya Allah, Dulu aku pernah mengupah seorang pekerja untuk menggarap lahan padi. Setiap kali selesai melakukan pekerjaan, dia berkata: ‘Berikan upahku’. Namun aku enggan membayar upahnya. Dia terus menggarap lahan padi dan meminta lagi upahnya beberapa kali. Aku masih seperti biasa, enggan membayar upahnya dan ia terus menggarap lahan padi sehingga aku menjadi kaya dengan memiliki beberapa ekor sapi dan beberapa ekor anaknya. Suatu hari lelaki tadi datang kepadaku dan berkata: Takutlah kamu kepada Allah. Kamu jangan lagi menzalimi aku dengan hak dan kewajibanku. Kemudian aku berkata kepadanya: Ambillah sapi itu berikut anak-anaknya. Dia berkata: Takutlah kepada Allah dan janganlah mempermain-mainkan aku. Aku berkata: Aku tidak mempermain-mainkan kamu, tetapi ambillah sapi itu berikut anak-anaknya. Sehingga akhirnya dia mengambil sapi tersebut. Seandainya Engkau tahu bahwa apa yang aku lakukan itu adalah semata-mata untuk mencari keridloanMu, tolonglah kami dari kesulitan yang tinggal sedikit lagi. Akhirnya Allah pun menolong mereka dengan menggerakkan batu besar yang menutupi gua tempat di mana mereka berteduh . (HR. Bukhari Muslim/ Bukhari Kitab Jual beli Hadits No. 2063. Muslim Kitab Dzikir Do’a Taubat dan Istigfar No. 4926.)
Cerita diatas keluar dari mulut Rasulullah Sallallohu ‘alaihi wasallam, yang bukan hanya berbentuk dongeng atau hayalan kosong. Al Qurthubi dalam menafsirkan Surat As-Shafat (37) ayat 139 – 142 tentang Nabi Yunus yang selamat dari kematian karena ditelan Ikan laut yang besar, memperjelas dan melengkapi keberadaan sejarah ketiga orang yang terkurung di gua itu yang dalam hadits diatas berupa kalimat “Bainama tsalatsatu nafarin yatamassyuna”. Yang artinya, Ketika tiga orang manusia melakukan perjalanan, dilengkapi kalimatnya dengan “Bainama tsalatsatu nafarin mimman kana qoblakum yatamassyuna” yang berarti, ketika tiga orang manusia (yang hidup) sebelum kalian melakukan perjalanan. Tafsir ini menegaskan bukan dongeng melainkan sejarah yang pernah terjadi.
Adapun kandungan pelajaran untuk kita dari Hadis sejarah tersebut adalah Ketika kesulitan menerpa dari yang terkecil dan mudah untuk diatasi sampai yang besar dan sulit untuk diatasi, kita dianjurkan untuk berdo’a. Terkabulnya do’a sangat dipengaruhi dengan seberapa banyak amal shalih kita sehari-hari yang kita lakukan.
Hadis diatas juga menyatakan bahwa bila perlu pada saat berdo’a, ungkapkanlah kepada Allah Amal shalih paling ikhlas yang pernah kita lakukan, lebih spesipik lagi yang berkaitan dengan tiga hal yaitu:
1. Berbakti dan berbuat baik kepada kedua Orang tua Begitu hidmatnya orang tersebut kepada Orang tuanya yang sudah tua dan miskin, sampai ia menomor duakan Dirinya, anak Isterinya dalam kekhidmatan dan mendahulukan orang tua karena taat kepada Allah. sehingga dengan khidmatnya ini sepertiga musibah besar yang mematikan itu terhindar karena do’anya terkabul.
2. Menghindari kemaksiatan karena Allah Swt. ketika peluang bermaksiat sudah didepan mata. Jalan maksiat sudah ditempuhnya dengan susah payah, ketikan kemaksiatan itu tinggal satu langkah lagi, ia diingatkan kepada Allah dan lalu menghindarinya karena Allah walau nuraninya sedah bergebu dan penuh hasrat untuk maksiat. sehingga dengan kelakuannya ini sepertiga musibah besar yang mematikan itu terhindar karena do’anya terkabul.
3. Tidak Khianat terhadap Amanat. Orang itu telah terlanjur merampas hak orang lain karena dia merasa berkuasa , merasa kuat, merasa tidak akan terkalahkan upah pekerjapun ia menahannya, sehingga tergeraklah hatinya ketika teringat kalimat Tauhid dalam dirinya dan lalu ia bertaubat dan menyerahkan semua hak orang lain itu. Maka dengan penyesalannya dan mengembalikan hak orang lain ini sepertiga musibah besar yang mematikan itu terhindar karena do’anya terkabul.
Al Hasil Tiga amal shalih diatas bisa membukakan terkabulnya do’a dan melepaskan musibat pada tiga orang tertimpa bencana mulut gua tertutup batu besar yang secara kasat mata tidak mungkin bisa digeserkan oleh ketiga orang tersebut.
Musibat senantiasa akan menimpa kepada siapapun yang dikehendakiNya sekalipun ia itu seorang Nabi dan Rasul, artinya termasuk kita semua, dalam hal ini berarti kita harus punya banyak tabungan amal Shalih jika kita mengharapkan agar do’a kita mudah dikabulkan oleh Allah Swt. Dan kita perlu introspeksi diri ketika kita memanjatkan do’a kepada Allah terus menerus untuk teratasinya suatu persoalan, tetapi tak kunjung didapatkan jalan keluarnya. Jangan-jangan kita tidak memiliki tabungan amal shalih. Atau salah dalam berdo’a. atau mungkin juntru kita telah melakukan yang sebaliknya dari tiga hal diatas, karena kalau kita teliti dari berbagai sumber terutama dari Al Qur an , Hadits atau Sejarah bahwa orang yang melakukan hal sebaliknya dari ketiga perkara diatas justru akan melahirkan malapetaka pada manusia perorangan ataupun kelompok manusia. Ketiga hal tersebut yaitu:
1. Durhaka kepada Orang tua.
2. Perbuatan Maksiat
3. Khianat terhadap amanat.
Sebagai gambaran lain mari kita menyimak Tafsir Al-Qurtubi tentang Nabi Yunus diatas sebagai Tafsiran dari Surat As-shaafaat ayat 139 - 142:
Ketika Nabi Yunus As. Merasa putus asa karena umatnya sangat sulit untuk di da’wahi diajak untuk bertauhid kepada Allah Swt. Mereka menolak dan mengingkari kerasulannya. Yunus pergi meninggalkan mereka ummat negeri niniveh Irak dengan perasaan marah. Kepada kaumnya beliau mengingatkan bahwa dalam waktu dekat bencana Allah akan ditimpakan kepada mereka. Tatkala mereka mendengar ancaman seperti itu, mereka yakin bahwa ancaman itu pasti datang, sebab mereka tahu bahwa Nabi tak akan pernah berbohong. Maka segeralah mereka keluar meninggalkan kampung mereka pergi ke padang pasir bersama Anak Istri dan hewan ternak mereka.
Di padang pasir itu mereka bertaubat merendahkan diri kepada Allah dengan penuh keimanan. Karena kesungguhan taubat mereka kepada Allah, maka Allah Swt. Tidak menurunkan Azab kepada mereka yang semestinya ditimpakan sebagaimana Firmannya:
Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfa`at kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.(QS. Yunus 98)
Sementara itu Yunus As. Setelah menyampaikan peringatan itu ia pergi meningalkan mereka sebelum ada perintah dari Allah. Beliau pergi melarikan diri dengan menumpang sebuah kapal yang penuh dengan muatan. Karena sarat dengan muatan penumpang dan barang-barang, mereka takut tenggelam ditengah lautan. Maka mereka mengadakan undian antara para penumpang, barang siapa yang kalah dalam undian dilempar kedalam lautan, dengan demikian maka kapal akan menjadi ringan dan selamat dari tenggelam. Dalam undian itu Yunus kalah , namun mereka enggan dan segan melemparkan Yunus ke laut, maka dilakukanlah undian ulang dan ternyata Yunus As. Kalah lagi mereka tetap segan untuk melemparkan Yunus ke laut, kemudian Undiannya diulang lagi dan hasilnya tetap Yunus kalah. Akhirnya Nabi Yunus memutuskan sendiri untuk menerjunkan diri ke laut. Pada saat itu Allah memerintahkan seekor Ikan hiu untuk menelan Yunus dan kepada ikan itu juga Allah melarang untuk memakan daging Yunus tapi perut ikan dijadikannya penjara Yunus.
Allah menjaga Yunus dalam perut Ikan besar sekian lamanya sampai ia dimuntahkan dan terdampar di daratan dan bergabung kembali dengan kaumnya, itu karena Ketauhidan dan amal Shalih Nabi Yunus semasa hidupnya lebih banyak dari dosanya. Mari kita cermati Firman Allah berikut:
Sementara itu Yunus As. Setelah menyampaikan peringatan itu ia pergi meningalkan mereka sebelum ada perintah dari Allah. Beliau pergi melarikan diri dengan menumpang sebuah kapal yang penuh dengan muatan. Karena sarat dengan muatan penumpang dan barang-barang, mereka takut tenggelam ditengah lautan. Maka mereka mengadakan undian antara para penumpang, barang siapa yang kalah dalam undian dilempar kedalam lautan, dengan demikian maka kapal akan menjadi ringan dan selamat dari tenggelam. Dalam undian itu Yunus kalah , namun mereka enggan dan segan melemparkan Yunus ke laut, maka dilakukanlah undian ulang dan ternyata Yunus As. Kalah lagi mereka tetap segan untuk melemparkan Yunus ke laut, kemudian Undiannya diulang lagi dan hasilnya tetap Yunus kalah. Akhirnya Nabi Yunus memutuskan sendiri untuk menerjunkan diri ke laut. Pada saat itu Allah memerintahkan seekor Ikan hiu untuk menelan Yunus dan kepada ikan itu juga Allah melarang untuk memakan daging Yunus tapi perut ikan dijadikannya penjara Yunus.
Allah menjaga Yunus dalam perut Ikan besar sekian lamanya sampai ia dimuntahkan dan terdampar di daratan dan bergabung kembali dengan kaumnya, itu karena Ketauhidan dan amal Shalih Nabi Yunus semasa hidupnya lebih banyak dari dosanya. Mari kita cermati Firman Allah berikut:
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." Maka Kami telah memperkenankan do`anya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (QS. Al Anbiya 87 –88).
Tampak jelas bagi kita bahwa
- Kaum Nabi Yunus dibatalkan siksanya oleh Allah Swt. Karena Taubat dan keimanan mereka yang sungguh-sungguh.
- Nabi Yunus terselamatkan dari bencana karena Amal Shalehnya, Taubatnya dan do’anya.
Mudah-mudahan Dua sejarah ini menjadi ‘Ibrah dan Tadzkirah Bagi kita yang sedang dilanda berbagai jenis Musibat dan bencana.
Wallahu a’lam.
Tampak jelas bagi kita bahwa
- Kaum Nabi Yunus dibatalkan siksanya oleh Allah Swt. Karena Taubat dan keimanan mereka yang sungguh-sungguh.
- Nabi Yunus terselamatkan dari bencana karena Amal Shalehnya, Taubatnya dan do’anya.
Mudah-mudahan Dua sejarah ini menjadi ‘Ibrah dan Tadzkirah Bagi kita yang sedang dilanda berbagai jenis Musibat dan bencana.
Wallahu a’lam.
